BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Modernisasi
pendidkan terutama sejak awal abad ke-29 di Indonesia benar-benar merupakan
ancaman tujuan fitrah sebuah pendidikan yaitu menciptakan insan kamil yang
mempunyai basic untuk kemaslahatan dunia dan akhirat. Namun karena era
teknologi yang sudah sangat maju, mau tidak mau dunia pendidikan mendapatkan
imbas dari era tersebut, salah satu diantaranya adalah lahirnya produk-produk
pendidikan yang unggul dalam intelektual namun kering dalam spiritual, begitu
pula sebaliknya tidak sedikit dunia pendidikan kita menghasilkan murid-murid
yang mempunyai akhlak yang mulai namun mereka tidak tahu sama sekali bagaimana
cara berekonomi, berpolitik dan sebagainya.
Ilmu
Pendidikan Islam yang mempunyai basic keIslaman di harapkan mampu menjawab
persoalan di atas dengan membentengi generasi muda dengan aqidah islamiyah,
ahlakul karimah, maupun pengetahuan keagamaan yakni dengan pendidikan sebagai
pusat parbaikan moral. Agar out-put didik selain mempunyai intelektual yang
tinggi,skiil yang mumpuni juga bisa mencetak kader yang qur’ani dengan melihat
dan mengkaji ulang bagaimana perspektif Islam tentang pendidikan,
intelektualisme, kapitalisme dan humainsme Agar citi-cita sebagai insan
kamil bisa terwujud.
Ponpes al
amin berusaha membangun insan yang kamil artinya menjadikan kader santri yang mampu menguasai ilmu pengetahuan umum
dan ilmu pengetahuan agama secara seimbang. Karena kematangan iman dan taqwa
dan ilmu pengetahuan merupakan syarat mutlak untuk memenangkan persaingan di segala
bidang.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa visi dan misi ponpes al amin?
2.
Bagaimana ponpes al amin membentuk kader yang
intelektualisme?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perspektif Islam tentang
Pendidikan dan Intelektualisme
- Pengertian
Intelektual
berasal dari bahasa Inggris intellect yang artinya pandai, pintar,
cardas. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Intelektual adalah cerdas,
berakal dan berpikiran jernih berdasrkan ilmu pengetahuan. Adapun dalam Kamus Filsafat kata intelektual diterjemahkan
dengan sebuah kemampuan kognitif yaitu mengetahui (kecerdasan rasio atau
akal) dan dilawankan dengan kemampuan menghendaki dan kemampuan merasa.
Dari
pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa intelektualisme adalah
sebuah pandangan yang menganggap ilmu adalah sebagai satu-satunya jalan meraih
harapan atau keinginan.
Berbicara
tentang keintelektualan memang tidak bisa lepas dari dua istilah
berikut ini, yakni: akal dan ilmu, karena antara keduanya ibarat dua sisi mata
uang logam. .Akal adalah sumber ilmu, tempat terbit dan dasar ilmu, ilmu
berjalan dari padanya seperti jalannya cahaya matahari dan penglihatan dari
mata. Sedangkan ilmu dalam pandangan Al-Qur’an sendiri
adalah suatu keistimewaan yang menjadikan manusia unggul atas makhluk lain guna
menjalankan fungsi kekhalifahannya.
- Urgensi ilmu dan pendidikan
Dalam
Al-Qur’an maupun Sunnah banyak sekali di singgung mengenai ilmu maupun
akal, diantaranya:
“ Mencari ilmu itu wajib hukumnya atas
tiap-tiap orang Islam” (HR. Ibnu Majah)
“Barang siapa mencari kebahagiaan dunia maka
dengan ilmu, barang siapa mencari kebahagiaan akhirat maka dengan ilmu, dan
barang siapa mencari keduanya, maka dengan ilmu juga”.
“Tidak sepatutnya bagi orang- orang yang
mu’min itu pregi semuanya (ke medan perang) Mengapa tidak pergi dari tiap
golongan di antara mereka untuk memperdalam pengetahuan agama mereka”. (QS: Al-Ankabut: 122)
Katakanlah adakah sama orang – orang
yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS: Al-Zumar: 9)
Berangkat dari dalil-dalil di atas dapat kita simpulkan bahwasanya agama Islam
sangat menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu, karena dengan adanya umat yang
berilmu maka sudah pasti sebuah negara akan maju. Kebodohan suatu umat
merupakan kejahatan yang terselubung, lebih dari itu hal ini juga sebagai bom
waktu yang suatu saat bisa meledak.
c. Pembagian Ilmu
Dalam kitabnya “ Bayan Al-‘Ilm Alladzi Huwa Fardlu Kifayah”
Al-Ghazali membagi ilmu menjadi dua:
1)
Syar’iyyah :
Segala ilmu yang bersal dari para nabi yang wajib ditekuni oleh setiap
muslim
2)
Ghairu Syar’iyyah: Segala ilmu yang berasal dari bukan selain Nabi.
di lihat dari sifatnya ilmu di bagi menjadi dua:
1. Ilmu yang terpuji (mahmudah)
2. Ilmu yang tercela (madzmumah)
B.
Biografi Ponpes Al – Amin
Ponpes Al - Amin merupakan pondok moderen yang diasuh oleh KH.
Anwar Iskandar yang berlokasi di Jalan Ngasinan No. 2 Rejomulyo, Kota Kediri. Letaknya
sangat strategis dekat dengan perguruan tinggi dan sekolah sekolah negeri
(UNISKA, STAIN, MAN 2, SMAN 6, SMPN 7, MTsN 2).
Ponpes Al – Amin yang dulunya merupakan pondok salaf menjadi
pondok moderen mulai tahun 1992 sampai sekarang. Alasan mengapa al amin menjadi
pondok moderan karena dulu hanya mengkaji dan mengajarkan agama saja dan dirasa
kurang memberikan sumbangan ilmu pengetahuan umum yang seharusnya ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan sarana dan alat untuk memajukan peradaban
islam itu sendiri. Selain itu juga banya anak anak yang bersekolah jika hanya
di didik atau diajarkan pengetahuan agama sedangkan di era gelobal seperti
sekarang ini untuk dapat menyiapkan kader santri yang mampu mengatasi persoalan
di berbagai bidang juga sangat diperlukan ilmu pengetahuan umum dan teknologi
oleh sebab itulah KH. Anwar
Iskandar merubah pondok yang dulunya
salafi menjadi moderen.
C.
Visi Dan Misi Ponpes Al – Amin
1.
Mempersiapkan pribadi muslim yang tangguh dalam menghadapi
realitas social.
2.
Menambah wawasan para santri dengan ilmu keagamaan sebagai
bekal di kemudian hari
3.
Ikut serta memerangi kebodohan guna mewujudkan khazanah social, agama dan
budaya.
D.
Pengamatan Saya di Ponpes Al Amin
Ponpes Al Amin didirikan pada tahun 1995 oleh K.H. Muhammad
Anwar Iskandar. Beliau mendirikan pondok pesantren ini dilatarbelakangi oleh
keinginan untuk memberikan tempat yang sehat (suasana yang religius) dan
mempunyai akhlaqul karimah kepada para pelajar agar mereka terhindar dari
pergaulan yang tidak baik.
Di samping itu, diharapkan para pelajar dapat memperoleh ilmu agama dan umum secara seimbang serta dapat hidup mandiri. Mereka dapat belajar berinteraksi dengan lingkunganya baik sesama teman, masyarakat. Hal ini juga tidak terlepas dari keinginan masyarakat untuk menempatkan putra putrinya dalam pondok pesantren. Karena para orang tua khawatir anak - anaknya akan terjerumus dalam lingkungan yang tidak baik (pergaulan bebas) dan mengharapkan anaknya mendapatkan ilmu agama dan umum yang bermanfaat.
Di samping itu, diharapkan para pelajar dapat memperoleh ilmu agama dan umum secara seimbang serta dapat hidup mandiri. Mereka dapat belajar berinteraksi dengan lingkunganya baik sesama teman, masyarakat. Hal ini juga tidak terlepas dari keinginan masyarakat untuk menempatkan putra putrinya dalam pondok pesantren. Karena para orang tua khawatir anak - anaknya akan terjerumus dalam lingkungan yang tidak baik (pergaulan bebas) dan mengharapkan anaknya mendapatkan ilmu agama dan umum yang bermanfaat.
1. Perkembangan Pendidikannya
Pada awalnya pondok pesantren ini hanya mengkaji kitab-kitab klasik dan Al-Qur'an. Baru pada tahun 1998 didirikan madrasah diniyah dengan sistem klasikal. Mereka yang mondok harus mengikutinya dan dibedakan antara santri satu dengan yang lain sesuai dengan kemampuannya dalam memahami kitab kuning.
Pada awalnya sekolah diniyah ini hanya ada tiga kelas dan mushalla adalah sebagai pusat proses belajar mengajar. Antara kelas 1, 2 dan 3 hanya dipisah oleh papan. Kemudian pada tahun 2004-2005 jumlah kelas menjadi 4 kelas, 1 sampai 3 tingkat ibtida' (awal) dan yang satu tingkat tsanawiyah. Pada tahun 2005 dibuka SMK Al-Amin. Sehingga dalam proses belajar mengajar menggunakan fasilitas tersebut, karena madrasah diniyah masuknya pada malam hari yaitu jam 19.00 wib. Adapun kepala sekolah diniyah adalah kyai Abdul Kholiq Ali dari Pasuruan.
Setelah kyai Abdul Kholiq Ali diganti oleh menantu K.H. Muhammad Anwar Iskandar yaitu H. Agus Fuad Fajrus Shobah dari Blitar, maka ada sedikit pergantian nama kelas, yang dulunya satu tsanawiyah diganti kelas empat ibtida' sampai sekarang, adapun jumlah kelas ada enam. Karena setiap ajaran baru santri bertambah banyak. Adapun jumlah santri sekarang sekitar 400 anak. Mereka berasal dari berbagai daerah seperti Jakarta, Ciamis, Banyuwangi, Brebes dan lain-lain, dan ada juga yang dari luar Jawa seperti Riau dan Lampung. Jadi perkembangan pendidikan di pondok pesantren Al-Amin ini sangat bagus. Yang dulunya belum ada diniyah dan sekolah formal, sekarang sudah ada.
2.
Kegiatan –
kegiatan :
a)
Mengaji
Al –Qur’an atau TPQ.
b)
Diniyah atau sekolah keagamaan.
c)
Mengaji kitab kuning setiap hari yang sudah
ditentukan waktunya.
d)
Hadroh dan berjanji
e)
Ro’an bersama setiap akhir bulan.
f)
Basul masail mengkaji kitab kuning dan di korelasikan dengan fenomena saat ini. Dilaksanakan setiap
akhir bulan sekali.
3.
Fasilitas – fasilitas :
a)
Masjid
al – amin
b)
Ruang
belajar yang representative
c)
Kantin,
dapur dan kamar mandi
d)
Ruang
istirahat santri, ruang tamu, kantor pengurus
e)
Tempat
parkir yang aman
f)
Koperasi
kitab
g)
Akses
internet Wifi
h)
Alat
music (banjari)
i)
Lokasi
pondok yang dekat dengan perguruan tinggi dan sekolah – sekolah negeri (UNISKA,
STAIN,MAN 2, SMAN 6,SMPN 7, MTsN) serta satu lokasi dengan SMKN AL – AMIEN.
BAB
III
KESIMPULAN
1. Visi dan Misi ponpes Al - Amin
a)
Mempersiapkan pribadi muslim yang tangguh dalam menghadapi
realitas social.
b)
Menambah wawasan para santri dengan ilmu keagamaan sebagai
bekal di kemudian hari
c)
Ikut serta memerangi kebodohan guna mewujudkan khazanah social, agama dan
budaya.
2. Dengan
menanamkan pendidikan tauhid atau keimana dan akhlakul karimah serta tidak
mengabaikan pengembanag ilmu pengetahuan dan teknologi. karena ilmu pengetahuan
saja tanpa agama tidak akan rusak akhlak seseorang dan agama tanpa ilmu
pengetahuan tidak akan maju dan mudah rusak juga iman seseorang. Jadi semua
harus seimbang dengan pondasi yang utama yakni tauhi iman kepada Allah SWT.
Bentuk pengaplikasianya yakni dengan
berbagai kegiatan di ponpes Al – amin itu sendiri, seperti :
1.
Mengaji
Al –Qur’an atau TPQ.
2.
Diniyah atau sekolah keagamaan.
3.
Mengaji kitab kuning setiap hari yang sudah
ditentukan waktunya.
4.
Hadroh dan berjanji
5.
Ro’an bersama setiap akhir bulan.
6.
Basul masail mengkaji kitab kuning dan di korelasikan dengan fenomena saat ini. Dilaksanakan setiap
akhir bulan sekali.
Dari kedua kesimpulan di atas dan dari hasil pengamatan saya
bahwa Ponpes Al – Amin berusaha untuk mencetak kader santri yang beriman,
bertakwa dan mempunyai akhlakul karimah serta santri yang mempunyai intelektualisme dalam pemikiran.






0 komentar:
Posting Komentar