Jumat, 22 Mei 2015

Makalah Idiologi Pendidikan tentang Intelektualisme Santri

BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Modernisasi pendidkan terutama sejak awal abad ke-29 di Indonesia benar-benar merupakan ancaman tujuan fitrah sebuah pendidikan yaitu menciptakan insan kamil yang mempunyai basic untuk kemaslahatan dunia dan akhirat. Namun karena era teknologi yang sudah sangat maju, mau tidak mau dunia pendidikan mendapatkan imbas dari era tersebut, salah satu diantaranya adalah lahirnya produk-produk pendidikan yang unggul dalam intelektual namun kering dalam spiritual, begitu pula sebaliknya tidak sedikit dunia pendidikan kita menghasilkan murid-murid yang mempunyai akhlak yang mulai namun mereka tidak tahu sama sekali bagaimana cara berekonomi, berpolitik dan sebagainya.
Ilmu Pendidikan Islam yang mempunyai basic keIslaman di harapkan mampu menjawab persoalan di atas dengan membentengi generasi muda dengan aqidah islamiyah, ahlakul karimah, maupun pengetahuan keagamaan yakni dengan pendidikan sebagai pusat parbaikan moral. Agar out-put didik selain mempunyai intelektual yang tinggi,skiil yang mumpuni juga bisa mencetak kader yang qur’ani dengan melihat dan mengkaji ulang bagaimana perspektif Islam tentang pendidikan, intelektualisme, kapitalisme dan humainsme  Agar citi-cita sebagai insan kamil bisa terwujud.
Ponpes al amin berusaha membangun insan yang kamil artinya menjadikan kader santri  yang mampu menguasai ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama secara seimbang. Karena kematangan iman dan taqwa dan ilmu pengetahuan merupakan syarat mutlak untuk memenangkan persaingan di segala bidang.

B.            Rumusan Masalah
1.         Apa visi dan misi ponpes al amin?
2.         Bagaimana ponpes al amin membentuk kader yang intelektualisme?







BAB II
PEMBAHASAN

A.      Perspektif  Islam tentang Pendidikan dan Intelektualisme
  1. Pengertian
Intelektual berasal dari bahasa Inggris intellect  yang artinya pandai, pintar, cardas. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Intelektual adalah cerdas, berakal dan  berpikiran jernih berdasrkan ilmu pengetahuan. Adapun dalam Kamus Filsafat kata intelektual diterjemahkan dengan sebuah kemampuan kognitif yaitu mengetahui (kecerdasan rasio atau akal) dan dilawankan dengan kemampuan menghendaki dan kemampuan merasa.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa intelektualisme adalah sebuah pandangan yang menganggap ilmu adalah sebagai satu-satunya jalan meraih harapan atau keinginan.
Berbicara tentang keintelektualan  memang tidak bisa lepas dari dua istilah berikut ini, yakni: akal dan ilmu, karena antara keduanya ibarat dua sisi mata uang logam. .Akal adalah sumber ilmu, tempat terbit dan dasar ilmu, ilmu berjalan dari padanya seperti jalannya cahaya matahari dan penglihatan dari mata. Sedangkan ilmu dalam pandangan Al-Qur’an sendiri adalah suatu keistimewaan yang menjadikan manusia unggul atas makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahannya.
  1. Urgensi ilmu dan pendidikan
Dalam Al-Qur’an maupun Sunnah banyak sekali di singgung mengenai  ilmu maupun akal, diantaranya:
 “ Mencari ilmu itu wajib hukumnya atas tiap-tiap orang Islam” (HR. Ibnu Majah)

 “Barang siapa mencari kebahagiaan dunia maka dengan ilmu, barang siapa mencari kebahagiaan akhirat maka dengan ilmu, dan barang siapa mencari keduanya, maka dengan ilmu juga”.

 “Tidak sepatutnya bagi orang- orang yang mu’min itu pregi semuanya (ke medan perang) Mengapa tidak pergi dari tiap golongan di antara mereka  untuk memperdalam pengetahuan agama mereka”. (QS: Al-Ankabut: 122)

Katakanlah adakah sama orang – orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS: Al-Zumar: 9)

            Berangkat dari dalil-dalil di atas dapat kita simpulkan bahwasanya agama Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu, karena dengan adanya umat yang berilmu maka sudah pasti sebuah negara akan maju. Kebodohan suatu umat merupakan kejahatan yang terselubung, lebih dari itu hal ini juga sebagai bom waktu yang suatu saat bisa meledak.
c.    Pembagian Ilmu
Dalam kitabnya “ Bayan Al-‘Ilm Alladzi Huwa Fardlu Kifayah” Al-Ghazali membagi ilmu menjadi dua:
1)      Syar’iyyah            : Segala ilmu yang bersal dari para nabi yang wajib  ditekuni oleh setiap muslim
2)      Ghairu Syar’iyyah: Segala ilmu yang berasal dari bukan selain Nabi.
          di lihat dari sifatnya ilmu di bagi menjadi dua:
                              1.   Ilmu yang terpuji (mahmudah)
                              2.   Ilmu yang tercela (madzmumah)


B.            Biografi Ponpes  Al – Amin 
Ponpes Al - Amin merupakan pondok moderen yang diasuh oleh KH. Anwar Iskandar yang berlokasi di Jalan Ngasinan No. 2 Rejomulyo, Kota Kediri. Letaknya sangat strategis dekat dengan perguruan tinggi dan sekolah sekolah negeri (UNISKA, STAIN, MAN 2, SMAN 6, SMPN 7, MTsN 2).
Ponpes Al – Amin yang dulunya merupakan pondok salaf menjadi pondok moderen mulai tahun 1992 sampai sekarang. Alasan mengapa al amin menjadi pondok moderan karena dulu hanya mengkaji dan mengajarkan agama saja dan dirasa kurang memberikan sumbangan ilmu pengetahuan umum yang seharusnya ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sarana dan alat untuk memajukan peradaban islam itu sendiri. Selain itu juga banya anak anak yang bersekolah jika hanya di didik atau diajarkan pengetahuan agama sedangkan di era gelobal seperti sekarang ini untuk dapat menyiapkan kader santri yang mampu mengatasi persoalan di berbagai bidang juga sangat diperlukan ilmu pengetahuan umum dan teknologi oleh sebab itulah  KH. Anwar Iskandar  merubah pondok yang dulunya salafi menjadi moderen.

C.           Visi Dan Misi Ponpes Al – Amin
1.        Mempersiapkan pribadi muslim yang tangguh dalam menghadapi realitas social.
2.        Menambah wawasan para santri dengan ilmu keagamaan sebagai bekal di kemudian hari
3.        Ikut serta memerangi kebodohan  guna mewujudkan khazanah social, agama dan budaya.

D.           Pengamatan Saya di Ponpes Al Amin
Ponpes Al Amin didirikan pada tahun 1995 oleh K.H. Muhammad Anwar Iskandar. Beliau mendirikan pondok pesantren ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memberikan tempat yang sehat (suasana yang religius) dan mempunyai akhlaqul karimah kepada para pelajar agar mereka terhindar dari pergaulan yang tidak baik.
Di samping itu, diharapkan para pelajar dapat memperoleh ilmu agama dan umum secara seimbang serta dapat hidup mandiri. Mereka dapat belajar berinteraksi dengan lingkunganya baik sesama teman, masyarakat. Hal ini juga tidak terlepas dari keinginan masyarakat untuk menempatkan putra putrinya dalam pondok pesantren. Karena para orang tua khawatir anak - anaknya akan terjerumus dalam lingkungan yang tidak baik (pergaulan bebas) dan mengharapkan anaknya mendapatkan ilmu agama dan umum yang bermanfaat.

1.      Perkembangan Pendidikannya

       Pada awalnya pondok pesantren ini hanya mengkaji kitab-kitab klasik dan Al-Qur'an. Baru pada tahun 1998 didirikan madrasah diniyah dengan sistem klasikal. Mereka yang mondok harus mengikutinya dan dibedakan antara santri satu dengan yang lain sesuai dengan kemampuannya dalam memahami kitab kuning.
Pada awalnya sekolah diniyah ini hanya ada tiga kelas dan mushalla adalah sebagai pusat proses belajar mengajar. Antara kelas 1, 2 dan 3 hanya dipisah oleh papan. Kemudian pada tahun 2004-2005 jumlah kelas menjadi 4 kelas, 1 sampai 3 tingkat ibtida' (awal) dan yang satu tingkat tsanawiyah. Pada tahun 2005 dibuka SMK Al-Amin. Sehingga dalam proses belajar mengajar menggunakan fasilitas tersebut, karena madrasah diniyah masuknya pada malam hari yaitu jam 19.00 wib. Adapun kepala sekolah diniyah adalah kyai Abdul Kholiq Ali dari Pasuruan.
Setelah kyai Abdul Kholiq Ali diganti oleh menantu K.H. Muhammad Anwar Iskandar yaitu H. Agus Fuad Fajrus Shobah dari Blitar, maka ada sedikit pergantian nama kelas, yang dulunya satu tsanawiyah diganti kelas empat ibtida' sampai sekarang, adapun jumlah kelas ada enam. Karena setiap ajaran baru santri bertambah banyak. Adapun jumlah santri sekarang sekitar 400 anak. Mereka berasal dari berbagai daerah seperti Jakarta, Ciamis, Banyuwangi, Brebes dan lain-lain, dan ada juga yang dari luar Jawa seperti Riau dan Lampung. Jadi perkembangan pendidikan di pondok pesantren Al-Amin ini sangat bagus. Yang dulunya belum ada diniyah dan sekolah formal, sekarang sudah ada.

2.     Kegiatan – kegiatan :
a)        Mengaji  Al –Qur’an atau TPQ.
b)        Diniyah atau sekolah keagamaan.
c)        Mengaji kitab kuning setiap hari yang sudah ditentukan waktunya.
d)       Hadroh dan berjanji
e)        Ro’an bersama setiap akhir bulan.
f)         Basul masail mengkaji  kitab kuning dan di korelasikan  dengan fenomena saat ini. Dilaksanakan setiap akhir bulan sekali.

3.      Fasilitas – fasilitas :
a)         Masjid al – amin
b)        Ruang belajar yang representative
c)         Kantin, dapur dan kamar mandi
d)        Ruang istirahat santri, ruang tamu, kantor pengurus
e)         Tempat parkir yang aman
f)         Koperasi kitab
g)        Akses internet Wifi
h)        Alat music (banjari)
i)          Lokasi pondok yang dekat dengan perguruan tinggi dan sekolah – sekolah negeri (UNISKA, STAIN,MAN 2, SMAN 6,SMPN 7, MTsN) serta satu lokasi dengan SMKN AL – AMIEN.

BAB III
KESIMPULAN

1.  Visi dan Misi ponpes Al - Amin
a)        Mempersiapkan pribadi muslim yang tangguh dalam menghadapi realitas social.
b)        Menambah wawasan para santri dengan ilmu keagamaan sebagai bekal di kemudian hari
c)        Ikut serta memerangi kebodohan  guna mewujudkan khazanah social, agama dan budaya.
2.   Dengan menanamkan pendidikan tauhid atau keimana dan akhlakul karimah serta tidak mengabaikan pengembanag ilmu pengetahuan dan teknologi. karena ilmu pengetahuan saja tanpa agama tidak akan rusak akhlak seseorang dan agama tanpa ilmu pengetahuan tidak akan maju dan mudah rusak juga iman seseorang. Jadi semua harus seimbang dengan pondasi yang utama yakni tauhi iman kepada Allah SWT.
Bentuk pengaplikasianya yakni dengan berbagai kegiatan di ponpes Al – amin itu sendiri, seperti :
1.          Mengaji  Al –Qur’an atau TPQ.
2.         Diniyah atau sekolah keagamaan.
3.         Mengaji kitab kuning setiap hari yang sudah ditentukan waktunya.
4.        Hadroh dan berjanji
5.         Ro’an bersama setiap akhir bulan.
6.        Basul masail mengkaji  kitab kuning dan di korelasikan  dengan fenomena saat ini. Dilaksanakan setiap akhir bulan sekali.


Dari kedua kesimpulan di atas dan dari hasil pengamatan saya bahwa Ponpes Al – Amin berusaha untuk mencetak kader santri yang beriman, bertakwa dan mempunyai akhlakul karimah serta santri yang mempunyai  intelektualisme dalam pemikiran.


0 komentar:

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com