Jumat, 22 Mei 2015

makalah sosiologi pendidikan

Perspektif Fungsionalisme Struktural Tentang Pendidikan

Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Pada Mata Kuliah “Sosiologi Pendidikan”

Dosen Pengampu :
Ahmad Taufiq, M.Si








Disusun oleh:


      1.      Aisyah                                 (9321 104 11)
     2.      Atho’ Azwar Anas             (9321 087 11)
     3.      Husen Firmansyah             (9321 059 11)
     4.      Nur Farida Ahmad            (9321 102 11)


PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

2013










A.    Perspektif struktural fungsional dan pendidikan
Para penganut struktural fungsional percaya bahwa masyarakat cenderung bergerak menuju ekuilibrium dan mengarah kepada terciptanya tertib sosial. Masyarakat dikatakan sehat jika tercipta tertib sosial. Seperti pendidikan adalah mensosiolisasikan generasi muda menjadi anggota masyarakat.
Sosialisasi merupakan proses yang dapat dijadikan tempat pembelajaran bagi generasi muda untuk mendapatkan pengetahuan, perubahan perilaku dan penguasaan tata nilai yang mereka perlukan agar bisa tampil sebagai bagian dari warga negara yang produktif.
            Pendidikan menurut penganut fungsionalis bertugas menjaga tertib sosial. Fungsi pendidikan mencerdaskan warga masyarakat karena pendidikan adalah kunci terpenting dalam menentukan keberhasilan seseorang dalam membangun kehidupan. Fungsionalis mengandaikan pendidikan bertugas untuk memelihara konsensus dan solidaritas sosial. Pendidikan lalu dijadikan sebagai tempat mengembangkan tradisi pengetahuan positif sehingga setiap siswa dapat melihat segala sesuatu bisa diukur, tertib dan diprediksikan siswa bisa berfikir positif sehingga segala sesuatu dapat dijelaskan dengan penjelasan sebab akibat.
            Evolusi menuju tertib sosial baru, ditempuh melalui hukum tiga tahap, yaitu tahap teologis atau fictitious, tahap metafisik atau abstrak dan tahap ilmiah atau positif, yakni sebuah sebab atau awal dan akhir dari suatu fenomena dan semesta ini.
Positivisme memberikan kunci pencapaian tujuan manusia dan ia merupakan satu-satunya formasi sosial yang betul-betul bisa dipercaya kehandalan dan akurasinya yang seharusnya dipegang oleh semua manusia. Pemikiran yang dipengaruhi positivisme comte adalah herbert spencer (1820-1903) yang memandang bahwa perubahan sosial berlaku secara paralel sebagaimana perubahan species perspektif ini kemudian dikembangkan oleh Carles Darwin, yang lalu melahirkan teori darwinisme sosial, tentunya Emile durkheim (1858-1917) percaya bahwa masyarakat bisa dikaji atas dasar investigasi rasionalisme positivistik, dari sini gagasan Durkheim yaitu mengenai realitas obyektif yang disebut sebagai “fakta sosial” realitas yang berada diluar individu, yang menjadi sebab dari sebuah tindakan atau perubahan.
B.      Konteks sosial
Teori struktural muncul dilatar belakangi oleh perkembangan masyarakat yang dipengaruhi semangat renaissance. Pada saat itu muncul kesadaran baru tentang peran manusia yang semula dianggap tidak memiliki otoritas apapun untuk membangun kehidupan di dunia.
Pencerahan pada abad ke-17 manusia adalah “bebas” mencari dan menemukan kebenaran. Renaissance melahirkan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan itu memunculkan kegairahan masyarakat untuk menguasai ilmu pengetahuan positivistic seperti fisika, kimia, biologi dan ilmu alam lainnya.
            Perubahan sosial tersebut kemudian mendorong munculnya mode okupasi baru yang lebih berorientasi kepada sector industry. Dalam struktur sosial yang berbasis okupasi industri, dinamika sosial lebih didominasi para pemilik modal pendidikan pun kemudian diorientasikan agar bisa memenuhi tuntutan masyarakat yang mulai banyak bergerak disektor industry :
Renaissance memunculkan berbagai perubahan dan formasi sosial baru yang mengimplikasikan  beberapa hal berikut :
1.      Perubahan formasi sosial saat itu diwarnai dengan revolusi politik.
2.      Perubahan-perubahan itu juga terjadi ada tataran nilai yang lalu mempengaruhi cara masyarakat memahami berbagai realitas kehidupan, baik budaya, sosial, ideologi, agama maupun politik.
Dengan demikian teori structural fungsional mewarnai munculnya revolusi pengetahuan terutama filsafat positifisme yang melahirkan ilmu alam seperti fisika, biologi dan kimia. Oleh karena itu dalam pengembangan argumentasinya, teori ini lebih mengambil inspirasi dari teori organis-sistemik yang berasal dari beberapa aliran pemikiran.
1.      Naturalisme dari asumsi bahwa setiap hal di dunia ini pasti ada sebabnya.aliran ini mempengaruhi metodologi dalam mencari sebab munculnya masalah sosial.
2.      Rasionalisme yang berasumsi manusia mempunyai akal untuk menjelaskan.
3.      Positivisme / empirisme yang berasumsi sesuatu dapat di observasi dan diukur secara empiris.
4.      Evolusi sosial yang berasumsi adanya proses dorongan perubahan yang bersifat evolusioner dengan suatu pola tertentu.
5.      Social reform adanya suatu perubahan yang menuju kearah yang lebih baik melahirkan ide tentang kemajuan dan bersifat linier.
6.      Konformisme asumsi bahwa setiap individu dalam masyarakat akan menyesuaikan diri dengan kehendak sosial.
Teori structural fungsional lebih menghasilkan satu prespektif yang menekankan harmoni, keseimbangan dan regulasi.
Oleh karena itu pula teori ini lebih dikenal sebagai teori consensus atau teori regulasi, menempatkan dunia pendidikan sebagai salah satu organ atau institusi sosial.    
Pendidikan harus dapat membangun mekanisme internal yang dapat digunakan untuk mengintegrasikan diri dengan perubahan yang terjadi dilingkungannya. Pendidikan juga harus memahami nilai-nilai kolektif yang ada di sekitarnya. Lebih dari itu pendidian harus lebih mampu mengambil bagian dalam menjalankan peran sosialisasi nilai-nilai kolektif yang ada di masyarakatnya.
Rekayasa elite pendidikan dijadikan media sosialisasi agar rekayasa sosial berjalan sesuai nilai-nilai kolektif. Pada tingkat mikro proses pembelajaran menggunakan pendekatan behavioristik. Guru di kelas adalah master yang merumuskan jenis dan definisi tentang pengetahuan, guru tidak bisa mentransformasikan pengetahuan yang kritis, dalam arti pengetahuan yang menjadikan siswa bagian dari ancaman tertib sosial. Pengetahuan dan pengalaman termasuk perilaku yang yang di berikan kepada siswa haruslah pengetahuan pengalaman dan perilaku yang tidak antagonistis sehingga bisa di jadikan bekal untuk mengadaptasikan diri dalam sistem sosial yang harmonis.
C.      Pertanyaan yang diajukan
Kajian sosiologi pendidikan dari prespektif fungsional difokuskan kepada pandidikan sebagai realitas sosial, pendidikan dan structural sosial, pendidikan sebagai pranata sosial, hubungan pendidikan sebagai pranata sosial dengan pranata sosial yang lain. Fakta sosial adalah sesuatu yang sama sekali berbeda dengan ide, yang sama sekali berada diluar perasaan, suasana psikologis, serta fikiran individu.
Dengan demikian, fakta sosial lebih bersifat obyektif dan eksternal, dalam arti berada diluar individu. fakta sosial juga merupakan kekuatan yang menyebar di tengah masyarakat, sehingga ia merupakan milik bersama, tumbuh berkembang dan dijadikan pegangan perilaku yang masing-masing anggota masyarakat memiliki kewajiban memenuhi tuntutan yang diajukan.
Fakta sosial oleh Emile Durkheim di bedakan menjadi 2 macam yaitu : fakta sosial yang bersifat material (sesuatu yang dapat diobservasi dan ditangkap) yang merupakan bagian dari dunia nyata, bisa juga berbentuk komponen perubahan morfologis masyarakat. Dan juga bersifat non-material yakni sesuatu yang di anggap nyata. Sistem pendidikan menurut Durkheim harus berusaha turut serta dalam mempertahankan tertib dan kohesi sosial diantara element-element utama masyarakat itu sendiri. Masing-masing elemen dalam institusi pendidikan menjalankan peran dan masing-masing memberi sumbangan dari terciptanya harmoni dalam sistem pendidikan.
D.      Unit analisis struktural fungsional
Perspektif ini juga memfokuskan kajiannya kepada pendidikan dan kaitannya dengan struktur sosial, sistem sosial, serta kebutuhan-kebutuhan masyarakat lainnya yang memungkinkan untuk mendorong kearah kemajuan. Dengan demikian pendidikan harus ditempatkan sebagai institusi pendorong kemajuan.
Tujuan analisisnya adalah mencari hukum-hukum universal. Teori-teori structural fungsional lebih memilih kelompok dan sistem sosial sebagai unit analisis. Dengan demikian temuan yang diperoleh tidak dimaksudkan untuk tujuan memahami kesadaran iduividu, melainkan untuk kepentingan semua orang dalam institusi sistem dan disemua batas waktu dan di semua batas ruang dimana pendidikan diselengarakan.
E.      Metodologi yang dipakai
Teori fungsional adalah penganut faham positivisme, sehingga dalam melakukan kajian haruslah mengikuti aturan ilmu pengetahuan alam. Analisis teori fungsional bertujuan menemukan hukum-hukum universal, kajian teori fungsional menekankan upaya menemukan hubungan kausal dan korelasi antar fenomena, maka metode penelitian ini lebih mengarah kepada pemakaian teknik kuantitatif.
Dalam penelitian survey maupun eksperimen peneliti yang beroperasi dalam ranah pengetahuan nomotetik ini akan sangat terbantu dengan dukungan simulasi computer, teknik-teknik reduksi data, pembuatan skala dan analisis statistic dapat bermanfaat juga dalam menghendaki pengukuran yang tepat artinya dapat mengarahkan pada temuan yang memiliki validitas eksternal maupun internal, dan rebilitas tinggi. Teknik analisis yang mereka tempuh dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan hipotesis, yang jika hal itu dapat dilakukan dengan baik, maka penelitian structural fungsionalis akan dapat melakukan ferivikasi data ke  dan dari lapangan. Dalam menggali data dalam hal ini cenderung menggunakan metode kuesioner dan interview dengan daftar pertanyaan terstruktur. Salah satu tokoh perspektif fungsionalisme, yaitu:
1.      Talcott parsons
            Dalam catatan sejarah,Parsons dikenal tokoh fungsionalisme struktural yang terbesar hingga saat ini.Lahir tahun 1902,di Colorado Springs,Amerika Serikat.
            Persons dikenal sebagai penggagas struktur fungsional yang memfokuskan kepada masalah-masalah sistem tindakan maupun sistem sosial.
            -Tata tertib dan kohesi sosial disebabkan oleh tiga hal penting :
a. adanya nilai-nilai budaya yang dibagi bersama
b. nilai-nilai yang dilembagakan menjadi norma-norma sosial
c. nilai-nilai yang dibatinkan oleh individu-individu menjadi motivasi-motivasi.
Asumsi tentang Individu yaitu sosok yang memiliki kemauan subyektif yang bersifat voluntaristik. Sehingga sosiologi harus bersedia menyingkap setiap kemauan, keinginan, keputusan dan tujuan individu.
a.Variabel Pola Pengelompokan Sistem Sosial, Terdiri dari 5 variabel :
1.Perasaan (affectivity) atau netral perasaan (affective neutral).
2.Arah diri (self orientation) atau arah kolektif (collectivity orentation)
3.Pratikularisme atau universalisme
4.Status bawaan (ascription) atau status prestasi diri (achievement)
5.Campur baur (diffuse) atau spesifikasi (spesifikasi)
-Menurut Parsons kebutuhan itu dibagi menjadi 2 bagian :
·         Pertama,yang berhubungan dengan kebutuhan sistem internal atau kebutuhan sistem ketika berhubungan dengan lingkungannya.
·         Kedua,yang berhubungan dengan pencapaian sasaran atau tujuan serta sarana yang perlu untuk mencapai tujuan itu.
b.Talcott Parsons tentang Kelas Belajar
Pada umumnya karya-karya Persons lebih memfokuskan kepada masalah sistem sosial yang luas seperti sistem masyarakat.Namun dalam essaynya tentang “Kelas di Sekolah sebagai Sistem Sosial” dia melakukan analisis tentang kelas di sekolah ditinjau dari pendekatan konsensius.
1.      Neofungsionalisme
Dengan tokohnya Jeffrey C. Alexander dan Paul Colomy,teori Neofungsionalisme lahir sebagai reaksi atas kemandekan teori-teori struktural fungsional sejak tahun 1960-an hingga 1980-an.
a.    Konteks Sosial yang Melatarbelakangi
            Munculnya Neofungsionalisme ini merupakan upaya intelektual untuk menanggulangi kelemahan fungsionalme struktural.Neofungsionalisme tidak berbeda dengan fungsionalisme struktural dalam melihat masyarakat.
            Tema-tema yang diangkat sebagai upaya keluar dari gagasan struktural fungsional, terutama dari Parsons yang secara umum dinilai ekstrim dan berusaha mengintegrasikan begitu luas jangkauan teoritik yang ada.


b.  Tugas Pengetauhan Sosial
            Pengetauhan sosial menurut Jeffrey dapat dilihat dalam beberapa argumen berikut:
1.      Oleh karena obyek pengetahuan berada pada ranah fisik di luar pikiran manusia, maka ia menjadi acuan empirikal yang dapat lebih memudahkan upaya verifikasi melalui komunikasi interpersional.
2.      Penolakan terhadap argumen yang sederhana mengenai acuan empirikal juga muncul dari perbedaan karakteristik evaluasi pengetauhan sosial.
3.      Sangat sulit membangun konsensus karena alasan-alasan kognitif maupun evaluatif,bahkan menyagkut acuan empirikal dalam pengetauhan sosial
4.      Karena referensi empirikal maupun hukum-hukum yang ditemukan tidak mendorong munculnya kesepakatan ,maka input non-empirikal bagi persepsi empirikal menjadi obyek perdebatan.
c. Orientasi Neofungsionalisme
Elaborasi dan revisi Neofungsionalisme :
·         Pertama, membuat model deskripsi masyarakat yang terdiri atas bagian-bagian yang berinteraksi satu sama lain secara simbiotik melalui pola-pola tertentu.
·         Kedua, tidak seperti fungssionalisme yang lebih berorientasi ke level makro dengan memperhatikan struktur sosial dan budaya.
·         Ketiga, integrasi seperti menjadi perhatian fungsionalisme masih dinilai relevan,tetapi bukan sebagai fenomena yang mengandung kemungkinan.
·         Keempat, sistem kepribadian,budaya dan sistem sosial yang menjadi perhatian Persons juga masih layak dipertimbangkan.
·         Kelima, perhatian juga harus diarahkan kepada perubahan sosial yang berlangsung melalui diferensiasi dalam sistem kepribadian, budaya dan sistem sosial.
Ada tiga kelemahan teory fungsional, terutama dalam konsep diferensiasi menurut Colomy :
1. sangat abstrak dan kurang didukung oleh kenyataan empirik maupun sejarah yang spesifik.
2. kurang menaruh perhatian kepada kelompok-kelompok khusus dan proses sosial atau   kekuasaan dan konflik.
3. menghabiskan energinya untuk memperhatikan integrasi sebagai hasil dari perubahan struktural.


F. Desain pembelajaran dalam perspektif fungsionalis
1.      Kurikulum
Kurikulum di sekolah harus menyesuaikan dengan missi pendidikan yaitu untuk menghantarkan keberhasilan siswa dalam menjalankan proses tranmisi dan sosialisasi nilai-nilai masyarakatnya.
Namun yang penting adalah tema yang bisa dimasukkan ke dalam kurikulum adalah jika memang tema itu mencerminkan nilai-nilai budaya masyarakatnya.
2.      Peranan guru
Tugas guru yaitu :
a.       Mendorong kesetiaan dan tanggung jawab siswa ketika hidup dalam lingkungan kelompoknya.
b.      Memperkuat kesadaran siswa dalam membangun kesetiaan terhadap cita-cita dan nilai-niali kelompok.
c.       Mengembangkan dan mematangkan skill siswa dengan keahlian yang diperlukan masyarakat.
3.      Tugas murid
Ciri penganut fungsionalis memandang siswa seperti kotak kosong, kertas putih. Mereka menunggu diisi oleh guru atau para agen masyarakat.
G.    SIMPULAN
Teori Struktural fungsional adalah teori yang membahas tentang stratifikasi dan peranan (fungsi) yang ada didalam masyarakat. Teori ini menjelaskan bagaimana struktur yang ada itu berinteraksi dan berfungsi sesuai dengan peranan masing-masing lembaga tersebut dengan mengedepankan integrasi, Sehigga jika terjadi konflik sosial maka akan dengan mudah diselesaikan.
Pendidikan dalam teori ini bisa dilihat pada penjelasan singkat ini, bahwa setiap sturkturisasi jika berfungsi sesuai dengan stratifikasi yang diperankan maka akan membentuk lembaga-lembaga yang paradigmatis untuk  mendidik masyarakat istiqama dan menjadi panutan. Artinya, fungionalis yang ada pada lembaga-lembaga tersebut menjalankan fungsi serta peranannya yang sesuai oleh aturan-aturan yang ada dalam masyarakat. Fungsionalis yang ada di birokrasi menjalankan fungsinya sebagai pelayan masyarakat, fungsionalis yang ada dalam lembaga adat, kultur dan budaya bahkan agama juga menjalankan perannya sesuai dengan amanah leluhur, pemuka agama dan lain-lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Maliki, Zainudin. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2008.




0 komentar:

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com